Selalu Damai Dalam Kediaman-Q

SELAMAT DATANG

Jumat, 17 Juni 2011

perasaanku,,

Wajah lonjong, kulit putih, mata bulat. Kepalanya hampir botak. Hanya ada jambul di bagian depan. Kalau jalan masih bergoyang-goyang, tetapi selalu saja tertawa. Arjuna, bagaimana aku bisa lupa?
Waktu aku membawakan jus untuknya, ia sedang berada dalam antrean. Antrean yang aneh menurutku. Ia antre menerima suapan makanan. Setelah itu, ia msih harus antre untuk bisa mendapatkan minuman. Di sekitarnya, beberapa anak sakit campak, berkeliaran. Bagaimana bisa?
Ia tertawa waktu kakinya kugelitik. Aku mengajaknya bermain dan ia sangat suka. Aku buat wajahku tampak lucu. Ia semakin tergelak-gelak. Sesekali, kusuapi ia dengan biskuit yang ada di tanganku. Kebisingan akibat teriakan anak-anak lain di sekitar kami, tak membuyarkan keakraban kami.
Tak terasa, hari sudah hampir magrib. Aku harus pamit meninggalkan Arjuna dan semua anak yang sempat kuajak bermain. Sesuatu membuat mataku hangat. “Aku kelilipan,” kataku pada Arjuna dan anak-anak lain yang tertawa saja.
Aku melangkah ke luar meninggalkan tempat itu bersama bunda. Berkali-kali, kulihat bunda mengusap mata pula. Apa bunda merasakan semua yang kurasakan?
Siapa yang membacakan cerita sebelum tidur untuk mereka?
Siapa yang memeluk mereka kalau ada petir menyambar?
Apa mereka tahu hari ulang tahun mereka?
Siapa yang mau sungguh-sungguh mencintai mereka?
Siapa yang membuang mereka dip anti ini?
Arjuna belum dua tahun. Banyak anak lain berumur satu sampai lima tahun. Banyak juga bayi di sini. Entah karena apa, mereka sampai di tempat ini. Katanya kebanyakan dibuang orangtua sendiri. Aku mau pingsan mendengarnya.
Masih terbayang kejadian tadi. Bunda jadi rebutan mereka. Semua ingin diajak bicara oleh bunda. Semua ingin dibelai dan disuapi bunda. Kalau ayah ikut, mungkin mereka ingin ayah terus bersama mereka.
“Bunda,” suaraku terasa hilang.
“Ya, Nak?”
“Aku rela sekali kalau bunda juga menjadi bunda mereka. Kalau ayah juga menjadi ayah mereka….,”katakana pelan, tapi yakin.
Bunda memelukku kuat-kuat. “Terima kasih, saying. Tadi, maya hebat mau berbagi.”
“Kalau ada rezeki….kita buat….rumah yang besar, Bunda. Anak-anak seperti itu bisa tinggal dengan kita…..,” suaraku tersendat.
Bunda tersenyum. Banyak berdoa. Banyak berusaha. Kurasa itu arti senyumnya.
Malam itu, doa kami bertambah lagi. Doa untuk kebahagiaan adik-adik baruku: Arjuna dan teman-temannya di Panti Balita, Cipayung, Semoga Allah selalu menjaga kalian, ya. Amin.